Mahasiswa Harus Ciptakan Inklusi dan Bersahabat Dengan Alam
Semua tahu bahwa perguruan tinggi memiliki pendekatan dan program yang berbeda-beda. Tapi tanggung jawab utamanya adalah mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kapasitas untuk menjawab tantangan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, khususnya di bidang teknologi dan sains.
"Salah satu pendekatannya adalah dengan mengembangkan peserta didik menjadi pembelajar seumur hidup, dan juga menjembatani kesenjangan antara pendidik dan peserta didik untuk memiliki pemahaman yang sama tentang 2 isu terkini (tindakan global untuk mencapai jalur pertumbuhan ekonomi net-zero yang inklusif, baik secara sosial, lingkungan dan ekonomi, red). Inilah yang dimaksud dengan pengetahuan masa depan," kata Edward Crawley, Profesor Teknik Ford, MIT, Penasihat Akademik Senior, United in Diversity Foundation, dan Profesor Kehormatan, Universitas Tsinghua.
John Kerry (utusan Amerika Serikat untuk climate change) memberikan pandangannya di G20 |
Hal tersebut diungkap Crawley pada sesi Dialog Meja Bundar dengan para pemimpin universitas dunia di B20, Bali. Disepakati bahwa percepatan kontribusi universitas sangat penting untuk pencapaian SDG. Maka Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengungkapkan cara mempercepatnya adalah dengan investasi untuk inklusi sosial, climate action, kesehatan, dan penanganan sumber daya alam. Itulah kuncinya.
"Kita berada dalam dekade kritis. Kami membutuhkan lebih banyak ilmuwan dan mitra teknologi untuk menciptakan inovasi teknologi berbasis kesadaran untuk menata kembali pergeseran sistem dalam mencapai tujuan SDGs," kata Satryo Soemantri Brodjonegoro.