Misteri Kampus IPB, Sampah Pengundang Gaduh
Hello hello hello gaess, sudah lama ternyata ya, penulis tidak berbagi cerita unik lagi, khususnya yang berkaitan dengan dunia metafisik. Nah tapi begini, setiap tulisan misterius yang ada di website ini (web IPB 97) selalu dipilah, bukan sembarang cerita misterius. Dia harus ada (minimal) saksi dan maksimal bukti dari cerita yang diceritakan tersebut. Kembali redaksi IPB97.com menerima cerita tak biasa dari kawan-kawan kita, yang pernah hidup di kampus IPB, baik Baranangsiang maupun Dramaga, di rentang tahun 1996-2003.
Kalau soal saksi, mungkin bisa saja berupa pengukuhan omongan orang-orang yang terkait cerita tersebut. Tapi sebisa mungkin pula, saksi yang dihadirkan adalah mereka yang memang melihat dengan mata dan kepala sendiri, atas kejadian aneh yang membikin heboh sekitar. Misalnya pada saksi mata dari kejadian ini :
Atau saksi-saksi lainnya yang memang sifatnya kuat, alias yang memang second-third person in charge pada kejadian itu (kejadiannya tidak dialami sendirian).
Lalu bagaimana dengan bukti? Ya ada juga tentunya. Misalnya dari cerita yang terkait kasus ini :
Atau ketika seorang penjaga gedung kost berlabel "Pondok Surya" di Gang Bara I dalam, yang mengungkapkan adanya tiga syarat umum bagi mereka yang ingin menekuni ilmu gaib di Bogor. Ternyata syarat itu juga dipakai tak hanya di Bogor, tapi juga di Banten, Tasikmalaya, hingga di Kepulauan Riau. Syarat ilmu apa itu? Oh nanti ya, sabar, itu nanti di cerita selanjutnya setelah yang ini. Sabar ya.
Untuk cerita kali ini pun, kata penceritanya, sebenarnya bisa dipraktekkan. Tapi syaratnya, kalau benar-benar terbukti kejadian, jangan salahkan si pencerita. Semua yang terjadi harus sudah dipersiapkan secara mental dan fisik. Oke, langsung saja supaya tidak berlama-lama membaca.
Si pencerita ini dari Fateta, mengungkapkan, pada suatu ketika, sehabis mengikuti shalat isya berjamaah di mushola dekat Villa Perwira, dia merasa mengantuk berat. Langsung saja dia matikan lampu kamar dan menerkam kasur empuk di kamar kost-nya, yang persis bersebelahan dengan kamar mandi. Seperti dikatakan sebelumnya, ada empat kamar mandi di kost itu. Dan jejeran kamar mandi itu, diapit oleh dua kamar. Ujung timur adalah kamar yang sering kosong, karena yang kost di situ memang tukang main atau tidak betah di kamar sendiri, dan ujung barat adalah kamar si pencerita ini.
Ketika si pencerita ini sudah mulai nyaris masuk ke alam mimpi (antara terjaga dan tertidur), dia merasa seperti ada yang memperhatikan dirinya, dari bagian ujung tempat tidur, di ujung kakinya. Kebetulan, dia menata ruangan kamarnya dengan posisi seperti ini: tempat tidurnya dia sandarkan ke dinding yang bersebelahan dengan dinding kamar mandi dan lemari belajar di seberang tempat tidurnya (lihat gambar dan perhatikan objek berwarna merah).
Dengan rasa kantuk yang berat, dia mencoba melirik ke arah kakinya. Dan betapa tertegun dirinya dengan perrasaan ketakutan yang teramat, dia melihat sesosok manusia tinggi dengan jubah gelap, melancip di ujung kepala. Persis seperti malaikat maut yang dalam cerita horor, yang kerap membawa tongkat jagal atau kapak panjang. Si pencerita ini pun mencoba berteriak, tapi apa daya mulutnya malah jadi seperti orang gagu. Padahal dia ingin berteriak minta tolong sekuat tenaga.
Namun entah bagaimana, akhirnya dia bisa terjaga penuh dan membangunkan dirinya dari tempat tidur, dengan posisi duduk. Setelah terduduk, ternyata si manusia menyeramkan yang ada di hadapannya itu pun menghilang. Si pencerita ini akhirnya mencoba menyimpulkan bahwa mungkin itu hanya mimpi saja. Tapi menurutnya, bila itu adalah mimpi, kenapa dia bisa melihat dengan mata setengah terbuka dan dengan perasaan yang nyaris terbangun. Namun karena si pencerita ini tak ingin merasa seperti dijajah oleh rasa takut, akhirnya dia tidur dengan menyalakan lampu.
Pagi harinya dia terbangun lantaran suara berisik di kamar mandi yang letaknya persis di sebelah kamarnya. Rupanya ada seorang mahasiswi yang ingin mandi di situ, tapi merasa kesal karena ada seseorang yang tidak membuang sampah menjijikkan di kamar mandi itu. "Aduh ini yang mandi siapa sih?! Kok nggak dibuang ini ya?"... Dan kita simpan dulu cerita pencerita itu.
Kini beralih ke cerita dari pencerita lain yang diterima redaksi IPB97.com yang sebenarnya mirip-mirip kejadiannya. Kali ini penceritanya adalah seorang mahasiswi baru dari Fakultas Kehutanan, yang menurut pengakuannya dia masuk tahun 1999 (berarti dia angkatan 36 gaess), dan menurutnya lagi, dia tinggal di Pondok Surya, Bara I dalam. Ya, nama kost yang disebutkan di awal tadi.
Langsung saja, singkat cerita si Fahutan 36 ini tiba-tiba mendengar suara temannya berteriak histeris. Rupanya, ada tetangga kamarnya (tiga kamar setelah jejeran kamarnya) yang berteriak histeris di dalam kamar. Sebenarnya si teman yang berteriak histeris ini kamarnya berjarak dua kamar, karena yang satu lagi adalah kamar mandi. Jadi bila dibayangkan, posisi jejeran kamar mereka adalah: kamar si Fahutan 36, lalu di sebelahnya kamar kakak kelasnya, sebelahnya lagi kamar mandi, dan barulah setelah kamar mandi adalah kamar si teman yang berteriak histeris.
Dia dan kakak kelasnya terperanjat dan sama-sama keluar dari kamar mereka. Begitu pula para mahasiswi lainnya yang mendengar teriakan melengking di waktu menuju tengah malam itu. Si Fahutan 36 ini pun menggedor-gedor kamar temannya yang histeris itu, tapi tak kunjung dibuka. Dia malah berteriak terus sembari menangis. Karena tak ingin ada masalah lain, salah satu mahasiswi pun berinisiatif mendobrak kamar. Sebut saja nama si korban adalah Nona.
Setelah terbuka pintunya, mereka mendapati Nona sedang menutupi dirinya dengan selimut dan mengambil posisi di sudut ruangan, di atas tempat ditidurnya. Dia seperti orang yang menekukkan lututnya hingga menyentuh dagu, menyembunyikan wajahnya. "Dik, istighfar Dik, ada apa?" ungkap salah mahasiswi yang mendobrak pintu kamar itu. Si Noni masih belum mau menjawab, bibirnya gemetaran, dan mukanya masih disembunyikan di lututnya. Akhirnya dipeluknya si Noni oleh mahasiswi pendobrak tadi dan mahasiswi lainnya. Hingga akhirnya si Noni perlahan mulai merasa tenang.
Setelah berhasil tenang, Noni dibawakan minum air putih, kemudian barulah dia bertutur, "Seram Kak, tadi seram sekali. Ada orang mengerikan, tinggi besar berjubah, persis di pintu itu." Mendengar kalimat itu, ada yang merasa ketakutan dan saling berpelukan, ada juga yang mencoba menenangkan Noni supaya tidak mengingat-ingat lagi. Dan singkat cerita, Noni malam itu pun diminta tidur di kamar Fahutan 36 yang berada di tiga kamar setelahnya.
Ilustrasi tangan kost Pondok Surya |
Pagi harinya, kejadian pun terulang seperti yang dialami di Villa Perwira. Salah seorang pengguna kamar mandi berteriak, "Ya ampun ini kenapa kok tidak dibuang sih?! Siapa yang terakhir pakai kamar mandi hei!" Benda itu persis seperti yang ditemukan di Villa Perwira pagi hari, saat ada yang akan mandi. Rupanya benda yang dimaksud adalah sampah bekas pembalut yang masih berlumuran darah.
Penjaga kost Pondok Surya adalah sepasang suami istri. Istrinya yang mendengar suara gaduh itu datang dari lantai dua, pun menghampiri. Perlu diketahui, Pondok Surya adalah kost dua tingkat, dimana lantai dua adalah area mahasiswi. Sampai di lokasi, ibu penjaga kost pun menggelengkan kepala. "Pantas saja. Kemungkinan besar benda ini yang bikin si Noni histeris tadi malam," ungkap ibu penjaga kost. Menurutnya, darah segar kotor yang ada di pembalut, merupakan kesenangan jin jahat. "Makanya bekas menstruasi itu disiram dulu, sebelum dibuang jauh-jauh," tandas si ibu.
Nah, bagaimana? Ada yang berminat ingin mengundang datangnya jin jahat ke hadiran kehidupan kita? Mungkin bisa dengan cara seperti cerita di atas. Simpan saja pembalut yang masih mengandung darah kotor segar di suatu tempat dan tunggu apa yang terjadi di sekitarnya. Selamat malam gaess, selamat beristirahat.