Loading...

Siasati Link and Matched di Dunia Kerja

Menembus peluang kerja adalah hal yang semakin menantang di saat ini. Meski teknologi informasi untuk mendukung lowongan pekerjaan semakin berkembang pesat -dengan bermunculannya website (bahkan aplikasi informasi pekerjaan), seperti JobStreet apps, Linkedin apps, Kalibrr, Glints, dan yang lainnya, namun entah kenapa, untuk bisa meraih pekerjaan impian malah semakin berat.


Secara logika sederhana, bermunculannya website dan apps informasi tersebut seharusnya semakin mempermudah calon pencari kerja mendapatkan pekerjaan. Karena jika dibandingkan jaman dulu, orang-orang bahkan mengirim lamaran kerja secara massal hanya bisa sepekan sekali. Dulu, akhir pekan merupakan hari dimana koran-koran menampilkan iklan lowongan kerja. Alhasil, potensi untuk mengakses informasi lowongan kerja hanya seminggu sekali. Sedangkan saat ini? Setiap jam bahkan ada update informasi lowongan kerja baru.


Tapi tetap saja, dari ratusan lowongan kerja tersedia, penetrasi tenaga kerja yang masuk sangat sedikit. Dari fakta inilah yang kemudian mengundang banyak sorotan dari masyarakat, baik dari pencari kerjanya dan juga praktisi HRD-nya. Terjadi saling menuding. Pihak pekerja mengeluhkan proses perekrutan yang rumit dan pihak HRD mengeluhkan banyak pencari kerja yang mengirimkan biodata tidak sesuai pekerjaan yang diminta. Seperti terjadi deadlock antara link and matched bila melihat fakta tersebut.


Tentang bagaimana cara mengatasi deadlock tersebut, salah satu alumni IPB University angkatan masuk 1999 (IPB 36), Ratih Pusparani, S.Pi, M.M. dari sekolah TransAvia mengambil siasat dari sisi pengembangan skill (keahlian). "Banyak saya lihat, generasi Indonesia yang skillful tapi terbentur biaya. Alhasil mereka jadi pengangguran," ungkap Ratih Pusparani dalam wawancara khusus bersama IPB 97, Rabu (29/3/2023) di kantornya TransAvia, Solo, Jawa Tengah.


Ratih Pusparani, Direktur Bisnis dan Pengembangan TransAvia.


Maka untuk menyiasati pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang tersia-siakan itu, Ratih dan Hapsari Pusporini, founder TransAvia, sejak akhir 2015 membangun sekolah berbasis kompetensi. "Kami mendirikan Lembaga Pelatihan Ketrampilan Swasta (LPKS, red) TransAvia ini pada 2015. Dari angkatan pertama yang hanya 15 orang, kini TransAvia sudah meluluskan 7 angkatan. Angkatan terbaru lulusan TransAvia nanti akan menyentuh jumlah 100 orang lebih. Dan dari semua angkatan itu, 80 persen menembus peluang kerja," ungkap Ratih.


Bahkan yang sedang bersekolah pun, lanjut Ratih, sudah ada yang disalurkan ke perusahaan dan instansi yang memerlukan tenaga kerja. Tentunya melalui kerjasama magang dan pelatihan. Tahun ini, empat siswa program studi Perhotelan dan Kapal Pesiar menjalani masa on the job training (OJT) selama 6 bulan (Januari hingga Juni 2023) di Hotel Parkroyal Penang Resort, Malaysia.


Ratih Pusparani bersama founder, Chairwoman TransAvia, Hapsari Pusporini.



Lalu instansi dan perusahaan apa yang menampung lulusan TransAvia ini? "Paling banyak dari perusahaan transportasi udara seperti maskapai dan bandar udara kemudian transportasi darat seperti kereta dan perusahaan otobus lalu perkapalan," jelas Ratih yang juga Direktur Bisnis dan Pengembangan TransAvia itu. 


Rahasianya adalah memanfaatkan dengan baik link and matched yang tentunya melalui penempaan mental dan kualitas SDM. Di TransAvia sendiri, ada empat program studi yang diajarkan. Tiga dari empat program studi TransAvia berbasis pada kompetensi spesifik, yakni Program Studi Pramugari dan Pramugara, Program Studi Parwisata dan Kapal Pesiar, dan Program Studi Aviation Security (Av. Sec.).



Ratih Pusparani, di sela kesibukannya dalam menjalin relasi bisnis



Kompetensi spesifik yang dimaksud ialah kemampuan yang tidak bisa dilakukan hanya dengan kompetensi terbuka. Lain halnya dengan Program Studi yang keempat yakni Program Studi Staf Hospitality yang merupakan kompetensi terbuka. "Contohnya Av. Sec. atau sekuriti bandara. Tidak bisa seorang yang memiliki pengalaman menjadi sekuriti di bank misalnya, atau pernah jadi petugas keamanan kantor, kemudian menjadi sekuriti bandara. Mereka harus punya lisensi keamanan penerbangan dan ini pun diperbarui 2 tahun sekali," kata Ratih. 


Sedangkan untuk para Staf Hospitality, mereka di TransAvia diajarkan untuk bisa mengasah kemampuan di bidang pelayanan umum. Kemudian para lulusan Staf Hospitality TransAvia ini akan siap ditempatkan di bagian pelayanan. "Selama ini lulusan Staf Hospitality TransAvia telah tersalurkan ke perbankan, rumah sakit, juga ke PT. KAI. Mereka di bagian pelayanan seperti customer service dan supporting system," ungkap Ratih.



Maka melalui sekolah berbasis LPKS tersebut, Ratih telah berhasil menjembatani link and matched antara pencari kerja yang tak mampu melanjutkan studi ke universitas dengan penyedia lowongan kerja. Bahkan di 2021 lalu, TransAvia berhasil meraih Juara 1 "Penganugerahan Pelatihan Vokasi Award 2021" yang diadakan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dengan tema "SDM Kompeten, Indonesia Maju".

Namun ketika ditanya, apakah TransAvia akan juga membuka cabang di berbagai daerah?  Ratih menjawab, "Sayangnya tidak. Untuk lokasi pendidikan TransAvia hanya ada di Solo.  Ini agar standar pendidikan terjamin. Seperti juga IPB University yang hanya ada di Bogor dan PTN lain yang hanya ada di daerah tertentu di Indonesia. Tapi kita punya kantor cabang pemasaran, saat ini di Medan dan Banjarmasin."




inovasi 204852349269667182

Post a Comment

emo-but-icon

Home item
Powered by Blogger.

Facebook

IG Utama

Ad Home

YouTube Pilihan

Follow Us

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Fotografi

3/Foto/post-list
Generasi XYZ

Hot Widget

Pilihan/hot-posts

Popular Posts

ADS

3/Reptil/post-list

Popular Posts

Random Posts

3/Fotojurnalistik/post-list
Click to read Read more View all said: Related posts Default Comments Menu