Nurtanio Pringgoadisuryo Lecture, Penghargaan Bagi Ilmuwan
Sebagai lembaga keilmuan yang terkemuka di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) perlu memberikan penghargaan kepada individu maupun institusi, yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa yang baru (innovative) serta bermanfaat secara berarti (significant). Rekam jejak seorang ilmuwan dan periset, sangat berperan penting dalam penghargaan ini. Karena merupakan suatu “life time achievement” untuk menunjukkan kualitas dan entitas diri mereka.
Penghargaan ini juga ditujukan dalam rangka meningkatkan ekosistem riset di Indonesia, melalui apresiasi tinggi kepada individu yang sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan berbagai kegiatan IPTEK dan inovasi, serta berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa. Juga, supaya orang-orang hebat ini tidak mudah 'lari' dari negara sendiri karena tidak dihargai.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan Nurtanio Memorial Lecture adalah sebuah penghargaan yang diberikan dalam bentuk kegiatan kuliah umum, untuk mengenang jasa Nurtanio Pringgoadisuryo sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Penghargaan tersebut menjadi yang pertama, guna mengenang jasa Bapak Penerbang Indonesia.
"Nurtanio Memorial Lecture merupakan ajang pertama yang diselenggarakan BRIN, untuk mengenang kontribusi dan semangat Nurtanio sebagai Bapak Penerbangan dan perintis industri penerbangan Indonesia sebelum era Pak Habibie," ujar Handoko.
Laksamana Muda Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan perintis industri kedirgantaraan di Indonesia pada awal tahun 1950. Ia merupakan sosok pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang. Selanjutnya ia juga menciptakan pesawat lain bernama Kunang-kunang, Belalang dan Gelatik.
Sepak terjang dan jasanya dalam memajukan industri penerbangan di Indonesia sudah sepatutnya menjadi contoh dan teladan bagi para periset baik di bidang penerbangan maupun antariksa. Dengan semangat yang dimiliki Nurtanio, harapannya dapat mendorong para periset untuk terus membangun negeri melalui kontribusi nyata di bidang tersebut.
BRIN sangat mendukung hal tersebut dan mendorong terciptanya ekosistem riset yang kondusif melalui berbagai cara, salah satunya dengan pemberian penghargaan yang akan meningkatkan motivasi, inspirasi maupun kreatifitas dari para periset.
Terlebih BRIN, sambung Handoko, melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa -yang mewarisi tugas dan fungsi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) sebelumnya, memiliki program penguatan riset kedirgantaraan. Dan secara khusus saat ini mengembangkan drone, untuk tujuan sipil serta pesawat komuter N-219 beserta varian amfibinya.
"Selain penerbangan, BRIN juga fokus mengembangkan teknologi keantariksaan. Teknologi ini sangat perlu untuk mendukung kedaulatan di semua aspek dari negara kita yang kepulauan dengan wilayah yang cukup luas," tambahnya. Menurut Handoko, teknologi antariksa tidak sekedar masalah teknologi maju masa depan, tetapi justru telah menjadi alat penting di berbagai aspek kehidupan kita saat ini.
BRIN juga bertanggung jawab mengelola data citra yang diperoleh dari satelit penginderaan jauh. "Data citra ini menjadi basis dalam pembuatan peta, RTRW, mitigasi kebencanaan seperti kebakaran hutan, banjir, dan lainnya, serta menjaga kedaulatan wilayah Indonesia. Di bidang pertanian dan perikanan, data citra satelit menjadi kunci pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan, serta memonitor zona tangkap ikan yang lebih akurat," jelasnya.
Direncanakan Nurtanio Memorial Lecture akan diselenggarakan setiap tahun, sekaligus dengan penganugerahan Nurtanio Prize mulai tahun depan. Melalui Nurtanio Memorial Lecture dan Nurtanio Prize, BRIN dapat terus menghidupkan semangat dan cita-cita Nurtanio untuk mendukung riset dan industri penerbangan nasional secara berkesinambungan. Handoko berharap penyelenggaraan Nurtanio Memorial Lecture selain untuk mengenang jasa Nurtanio juga dapat menjadi motivasi bagi generasi muda.